ASAL MULA BATU KINYANG CIMERANG PURABAYA SUKABUMI JAWA BARAT
Antara Sukabumi Sagaranten, ada
suatu kampong subur makmur, yang bernama Kampung Cimerang. Di kampong tersebut
banyak terdapat batu yang mengkilap. atu-batu tersebut biasa b dujadikan
bermacam-macam perhiasan, seperti mata cincin, liontin kalung, mata giwang, dan
sebagainya. Orang-orang menyebut batu tersebut Batu Kinyang . Mengapa di
Cimerang banyak terdapat batu kinyang? Sebenarnya ada ceritanya. Sudah tahu
ceritanya? Begini ceritanya. Dahulu, di Sukabumi ada satu Negara kecil yang
bernama Negara Gegerwitung. Negara ini termasuk kepada wilayah Pajajaran. Oleh
karena itu, ketika Pajajaran diserang musuh dari Timur, maka Gegerwitung pun
ikut diserbu juga. Suatu saat, Keraton Gegerwitung diporakporandakan oleh
musuh. Raj beserta keluarganya hampir a semua gugur, hanya seorang yang selamat
yaitu putrinya yang bernama Putri Laras Pandan Layung. Ia selamat, karena
ketika itu ia sedang menghadapi musuh-musuh di sebelah barat. Putri Laras
Pandan Layung sangat sedih, ketika mengetahui keluarganya telah meninggal,
apalagi kini kerajaannya telah dikuasai musuh. Kemudian ia pergi mengembara
meninggalkan kerajaan yang dicintainya. Putri menuju daerah selatan, menyusuri
jalan setapak. Tujuannya hendak sembunyi, mencari tempat yang aman. Akhirnya ia
sampai di suatu lembah. Ia duduk bersimpuh dan menangis di atas akar sebuah
pohon, menumpahkan semua kesedihannya. Semakin lama tangisan Putri semakin
keras, yang asalnya hanya terisak-isak, kini ia menangis sejadi-jadinya.
Semakin lama tangisan Putri semakin keras, yang asalnya hanya terisak-isak,
kini ia menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba, ada suara tanpa ada orangnya. Hai
Putri, kau tidak usah sedih dan bingung. Sekarang coba cari petapaan Ki Resi
Girang Madenda yang ada di Curug Cimerang. Di sanalah Putri akan dijadikan
tempat peringatan semua orang. Cepat silakan car! Suasana hening, Putri
tengadah, mencari dari mana asal suara tersebut, tapi tak ada. Hatinya kini
agak tenang, karena ia merasa ada orang yang akan menolongnya. Walau sebenarnya,
hatinya tetap saja bingung untuk mencari Curug Cimerang . Tapi, sesaat
kemuadian ia sadar, bahwa ia keturunan Pajajaran, yang selalu berani dan
pantang menyerah pada keadaan. Putri Laras, berangkat kembali, menyusuri,
bukit, lembah, dan hutan. Ia hanya makan dedaunan, akar-akaran, umbi-umbian,
dan meminum air sungai. Hari berganti minggu, minggu berbanti bulan. Genaplah
sebulan pengembaraan Putri Laras, ketika ia sampai di sebuah sungai kecil, yang
airnya jernih dihiasi ikan-ikan kecil yang berenang di antara batubatu kecil.
Putrid terus menyusuri sungai itu sampai ke hulu. Ia berharap akan menemui
petapaan Ki resi Girang Madenda. Ia yakin, bahwa sungai itu adalah sungai
Cimerang .
Akhirnya putri sampai di sebuah
curug (air terjun). Di sekitar curug tersebut terdapat sebuah gubug.
Samar-samar terlihat, dalam gubug itu ada kakek-kakek memakai ikat kepala,
berjenggot panjang dan putih, menghadapi sebuah dupa.
Lalu Putri masuk ke dalam gubug
tersebut. Mengapa, engkau datang kemari, Nak? kakek bertanya. Begini, Kek, ,
aku mendapat petunjuk bahwa aku harus ke sini menghadap kakek. Apakah benar
kakek yang bernama Ki Resi Girang Madenda? Putri lalu menceritakan tujuan, dan
penyebab ia sampai ke tempat itu, setelah ia merasa yakin bahwa kakek itu
adalah Ki Resi Girang Madenda. Ia bercerita sambil menyapu air matanya oleh
selendang yang ia pakai. Ia teringat kembali kepada orang tuanya, kepada
rakyatnya, kepada negaranya yang telah porak poranda. Oleh Ki Resi putrid
dinasehati dan dihibur, serta ia disuruh bertapa di atas batu di bawah air
terjun Curug Cimerang . Putri Laras melaksanakan perintah Ki Resi. Ia bertapa
di atas batu, di bawah air terjun, sedangkan Ki Resi melanjutkan bertapanya di
dalam gubug. Putri bertapa dengan tenang . Putri tak terpengaruh oleh bermacam-macam
godaan. Ia memohon kepada Yang Mahak uasa agar meninggal dalam keadaan sempurna
dan ada pada ridho-Nya. Genap setahun bertapanya Putri, jasadnya mendadak
hilang. Hilangnya jasad Putri diiringi harum semerbak mewangi di sekitar Curug
Cimerang tersebut. Di atas batu bekas tempat duduknya, terdapat sabuk jimat
kerajaan. Hilangnya jasad Putri Laras Pandang Layung, diiringi suara gemuruhnya
air sungai. Airnya mendadak bergelombang, seperti kena badai. Sungai yang
asalnya kecil, mendadak berubah jadi sungai yang besar. Ki Resi terbangun dari
pertapaannya, karena suara tersebut. Ia melihat ke arah batu tempat Putri
bertapa. Hanya sabuk berhiaskan permata yang ia dapati di sana. Ia berkata
Tibalah saatnya engkau pergi, Putri. Meninggalkan bumi suci Batu Kinyang
beranakan, Cimerang jadi babakan (perkampungan). Kini aku kan pulang, Memantau
masa kan datang Setelah itu, Ki Resi bersimpuh di depan gubug, seperti yang
sedang semedi. Tak lama kemudian, Ki Resi pun hilang tak berbekas. Yang ada
hanyalah sebuah gubug tempatnya bertapa. Konon, permata kinyang dari sabuk
Putri bertambah banyak menjadi batu yang gemerlap mengkilap. Bersebaran di
sepanjang Sungai Cimerang dan tanah sekitarnya. Bahkan kini tempat tersebut
menjadi kampong besar yang bernama kampong Cimerang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar